Fiji Berkebun Ala Indonesia

” Kawan, suatu hari saya akan ajak kau bertemu dengan sekumpulan manusia kreatif asal Indonesia di Nadi ” janji saya kepada Kawan Syam.

Akhirnya saya dapat menepati janji. Pada liburan panjang Maulid Nabi Muhammad SAW, saya mengajak jalan-jalan Kawan Syam ke Camp Orang Indonesia yang bekerja sebagai buruh bangunan di kota Nadi, Fiji.

Memang hanya tiga orang Indonesia yang tinggal di Camp tersebut. Tetapi pada hari libur seringkali camp tersebut menjadi tempat persinggahan orang-orang Indonesia yang berada di kota-kota yang berdekatan dengan Nadi seperti Navua, Lautoka, Ba dan Vatukuola. Biasanya mereka berkumpul selain silaturahim juga memancing bersama di sungai yang letaknya tidak begitu jauh dari camp. Kami yang datang ke camp tersebut selalu merasa betah dan menginap satu malam bahkan lebih. Selain letak camp yang strategis yaitu back road (jalan negara yang sering dilalui bis-bis baik umum dan pariwisata), juga banyak hal yang kita dapat dari camp tersebut. Apakah gerangan  yang membuat camp tersebut mempunyai daya tarik ? Jawabannya adalah kreatifitas dan keuletan.

Hasil memancing

Hasil memancing

Alladata Road, Nadi adalah lokasi camp berada

Alladata Road, Nadi adalah lokasi camp berada

Begitu kami tiba di camp, kawan Syam bukannya duduk dulu malah langsung melihat kebun yang berada di camp tersebut. Wow !!! Luar biasa. ” Cech, mereka sudah melakukan FAITH (Food Always In The Home). Ini benar-benar Fiji Berkebun ala Indonesia. ” ujar Kawan Syam.

Ya, benar sekali. Fiji Berkebun Ala Indonesia. Tiga orang Indonesia tersebut telah menjalankan FAITH di Fiji dengan sedikit sentuhan Indonesia yaitu beberapa tanaman khas Indonesia yang tidak dimiliki oleh Fiji.  Terlihat tanaman Leunca, tanaman yang biasa dikonsumsi sebagai lalapan dalam panganan khas Sunda. Ya jelas Leunca ada karena dulu jumlah orang Indonesia di camp ada 15 orang (sebagian besar berasal dari Subang, Jawa Barat). Tanaman Leunca tersebut mereka bawa atau diselundupkan dari Indonesia ke Fiji.

Selain itu ada tanaman kemangi Kemangi tidak dikenal dan sukar ditemukan di Fiji. Kemangi ini juga diselundupkan dari Indonesia. Mereka banyak menggunakan kemangi untuk bagian dari lalapan pula.  Selanjutnya ada kapri yang juga dari Indonesia.

Kebun yang berada di depan camp

Kebun yang berada di depan camp

Tanaman hias dan bonsai

Tanaman hias dan bonsai

Kawan Syam diam sejenak sambil mengamati beberapa tanaman pangan yang ada di camp tersebut. Ada paprika, cabe rawit, cabe merah besar, tomat, terong, pepaya, singkong, talas, nanas, lengkuas, jahe, kunyit, mangga, pisang, lamtoro gung, kacang panjang, dan beberapa tanaman hias. Ada satu tanaman menarik adalah tanaman buah naga yang baru saja ditanam. Yang membuat kami kagum lagi adalah tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak dimanfaatkan sampai tanaman lidah buayapun ditanam di polybag karena sudah penuhnya lahan yang di tanam. Bayangkan mereka adalah buruh bangunan yang bekerja mulai dari jam 8 pagi sampai dengan 5 sore (Senin-Sabtu) tetapi mereka masih menyempatkan waktu untuk berkebun.

Apa alasan mereka berkebun? Jawabannya singkat dan lugas. “Masak untuk cabe rawit 10 buah saja harus beli ke pasar atau supermarket ? Sudah jauh terus mahal pula. Lagi pula pendapatan kami di sini  hanya cukup untuk keuarga di Indonesia. ” Langsung saya dan kawan Syam berteriak ” Kalian memang benar-benar Manusia Indonesia yang kreatif “

2013-12-29 04.05.55

Leuca

Leuca

Terong ungu

Terong ungu

Cabe merah besar

Cabe merah besar

Paprika

Paprika

Kemangi

Kemangi

Buah Naga

Buah Naga

Tetapi nanti dulu, kreatifitas mereka bukan hanya berkebun tetapi mereka pandai membuat rokok sendiri dengan memanfaatkan tembakau khas Fiji (Zuki) maka dibuatlah rokok kretek khas Indonesia dengan campuran (saus) yang mendekati rasa rokok Indonesia seperti Djie Sam Soe.  Dan alat yang dipakai melintingpun sederhana yaitu bendera plastik yang direkatkan pada kayu bulat panjang.

Makin terkagum-kagumlah kawan Syam dan lebih terkesima lagi ketika melihat banyaknya ikan nila di lemari pendingin (Freezer). Dijelaskan bahwa ikan-ikan tersebut adalah hasil pancingan mereka setiap minggu di sungai besar yang ada dekat camp. Nah acara memancing inilah menjadi ajang perekat orang-orang Indonesia yang ada di wilayah barat Fiji (Western). Jadi komplitlah program FAITH karena sebagian besar yang mereka konsumsi berasal dari kebun camp dan sungai dekat camp.

Yang membanggakan adalah apa yang mereka lakukan dengan berkebun memberikan pengaruh yang baik baik lingkungan sekitar. Beberapa karyawan perusahaan mereka dan tetangga sekitar mulai ikut-ikutan berkebun. Luar biasa.

Kawan Syam sharing membuat kompos organik

Kawan Syam sharing membuat kompos organik

Diskusi santai

Diskusi santai

Hidangan makan malam hasil berkebun dan memancing

Hidangan makan malam hasil berkebun dan memancing

Setelah kawan Syam melihat, mengamati dan mengagumi aktifitas mereka, saatnya untuk diskusi santai. Pada saat diskusi santai tersebut mulailah kawan Syam menunjukkan kebolehannya dalam bertani atau berkebun. Pada awalnya mereka tidak kawan Syam adalah petani. Setelah sharing pengetahuan dan pengalaman kawan Syam selama bertani, barulah rasa kekaguman berbalik. Sebelumnya kawan Syam kagum dengan mereka maka giliran mereka kagum dengan pengetahuan dan pengalaman kawan Syam. Tanpa banyak teori kawan Syam langsung menunjukkan bagaimana membuat kompos organik dengan memanfaatkan sumber alam yang ada di camp dan sekaligus mengajarkan tentang bagaimana mengatasi gulma rumput teki yang sukar sekali dihilangkan.  Kloplah  sudah. Tanpa terasa diskusi santai dan praktek berlangsung hingga menjelang maghrib. Perut kami mulai keroncongan lapar dan saatnya untuk makan malam. Rupanya salah satu orang Indonesia sudah mempersiapkan makanan khas Sunda yaitu ikan goreng, daun pepaya dan daun singkong rebus, lalapan kemangi dan leunca serta sambal terasi cabe ijo pedas dengan nasi masih ngebul. Kamipun bersantap bersama dengan lahapnya. Sungguh indah dan menyenangkan. Tanpa disadari mereka telah menjalankan prinsip-prinsip Food Security dengan cara Fiji Berkebun Ala Indonesia.

Mampir Sejenak Ke Mesjid Jami Nadi, Fiji

Masih dalam rangka liburan Maulid Nabi Muhammad SAW, tidak afdol rasanya kalau tidak mengunjungi mesjid terbesar di kota Nadi, Fiji setelah mengunjungi Kuil Hindu Sri Siva Subramaniya Swami Devasthana. Saya pikir boleh juga mengetahui dan mengenal singkat Mesjid Jami Nadi karena berdasarkan informasi Mesjid Jami Nadi ini adalah mesjid terbesar di Fiji.

Setelah pagi hari bertemu dengan pimpinan Sangam SKM College untuk membicarakan rencana kedepan Program FAITH (Food Always In The Home) maka saya dan Kompasioner Mays sepakat jalan-jalan menyelusuri kota Nadi. Kota Nadi adalah kota wisata maka itu Bandara Internasional Fiji ada di kota Nadi. Banyak turis asing yang berseliweran di kota ini. Tetapi fokus kami tetap menuju Mesjid Jami Nadi. Dengan berjalan kaki kami menuju ke mesjid tersebut dan banyak hal menarik yang didapat selama perjalanan. Salah satunya adalah nama restoran dan desa yang unik namanya. Dan hal unik ini menarik perhatian kami untuk mengambil fotonya.

1390038838506370263

Emang Bollywood aja yang aktrisnya bohai, Fiji pun punya restoran bohai hehe (dok.cech)

1390038953821492394

Nama desa Namotomoto dengan penduduk yang suka difoto

1390039091382865335

Kawan Mays pun dibuat sibuk oleh penduduk Namotomoto untuk diambil gambarnya hehehe

Rupanya tidak jauh dari desa Namotomoto itulah Mesjid Jami Nadi berada. Sekilas dari dari jauh sudah terlihat wujud khas mesjid dengan ornamen kubah temboknya lengkap dengan tulisan nama Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW serta tertera Fiji Muslim League Nadi Jaame Masjid. Bercat warna putih dengan tulisan di tembok warna hijau maka makin mempertegas inilah tempat ibadah terbesar masyarakat Islam di kota Nadi. Selain itu dengan lahan yang sangat luas ternyata ini bukan hanya lokasi mesjid tetapi terintegrasi dengan sekolah (Nadi Muslim College dan Nadi Muslim Primary School), toko kaca mata, tempat kursus dan toko khas keperluan muslim. Lokasinya lebih tepat disebut Islamic Center

Begitu masuk pintu gerbang, saya terkejut karena mesjid ini lebih besar dari mesjid yang berada di Samabula (Kantor Pusat Fiji Muslim League) dan Toorak di ibukota Fiji, Suva. Wow makin menarik untuk lebih mengeksplor suasana mesjid terbesar di Fiji ini.

1390040683706689912

13900407431817024104

Tampak belakang yang terlihat jelas dari jalan utama kota Nadi

1390040865286465214

Tampak depan

1390040917326314721

Saya di depan mesjid Jami Nadi

1390041273302739065

Informasi tentang doa masuk dan keluar mesjid tepat di pintu masuk mesjid

13900413451035875047

Informasi tentang mematikan telepon genggam di dalam mesjid

Bangunan 2 lantai dimana lantai atas diperuntukkan bagi jemaah pria dan lantai dasar untuk wanita dalam menjalankan ibadah sholat. Setiap lantai tersedia tempat wudhu duduk yang luas dan nyaman. Karena di lantai dasar untuk kaum hawa maka kami hanya diperkenankan untuk melihat-lihat atau mengambil foto di lantai atas saja.

Sebenarnya suasana mesjid jami ini tidak berbeda jauh dengan mesjid-mesjid yang ada di Indonesia. Hanya saja mesjid jami ini lengkap dengan informasi seperti larangan mematikan telepon genggam dalam lingkungan mesjid, bacaan ketika masuk dan keluar mesjid, waktu sholat dan imam yang bertugas, beberapa kutipan hadis yang selalu berbeda tiap harinya dan daftar makanan-minuman halal yang direkomendasikan oleh Fiji Muslim League (sebagaimana diketahui mayoritas masyarakat Fiji adalah umat nasrani). Yang jelas adalah tidak ada perbedaan yang menyolok dengan mesjid-mesjid di Indonesia dan sesama muslim adalah bersaudara.

1390041180425448234

Tempat sholat yang mampu menampung jamaah muslim di Nadi

13900414271119987634

Hadist-hadist pengingat yang berbeda setiap harinya

13900414952099677976

Daftar makanan dan minuman halal yang direkomendasikan oleh Fiji Muslim League

1390041561723033582

Ruang utama sholat

1390041608214484520

Mimbar utama khotib saat sholat Jum’at

1390041706636571512

Pintu masuk di lantai dasar sebagai tempat ibadah untuk kaum hawa

139004178836349611

Seorang jamaah wanita sudah datang menjelang sholat zhuhur

Sri Siva Subramaniya Swami Devasthanam Temple Dalam Gambar

13898668421304561656

Kuil Hindu berada di jalan utama Suva-Lautoka

Tak terhitung jumlahnya saya melewati tempat peribadatan satu ini. Tempat peribadatan agama Hindu ini sangatlah terkenal dan menjadi salah satu objek wisata Fiji Tourism. Tetapi entah mengapa pada awalnya saya kurang tertarik untuk mengunjunginya. Kunjungan saya ke kuil Hindu ini terjadi secara tidak sengaja karena hanya ingin menemani teman Kompasianer Mays yang sudah kebelet sekali untuk datang demi tujuan eksplorasi gambar dan tulisan tentang kuil tersebut yang nantinya akan dikirimkan ke beberapa media wisata di dunia maya.

Dalam tulisan ini saya hanya ingin menunjukkan adanya sebuah kuil sederhana (menurut saya) yang dapat dijadikan tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan asing. Hari itu tanggal 13 Januari 2014 adalah hari libur nasional Fiji yaitu Prophet Mohammed’s Birthday. Bagi Kompasioner Mays, inilah saat yang tepat untuk mengunjungi kuil Hindu di kota Nadi. Namanya Sri Siva Subramaniya Swami Devasthanam Temple. Panjang sekali namanya. Jam menunjukkan pukul 15.30 sore, cuaca di sekitaran kuil Hindu tersebut panas sekali. Buru-buru saya berteduh di sebuah kantin yang letaknya tepat di depan pintu gerbang.

” Where do you come from ? “ Itulah pertanyaan sambutan dari seorang Fiji yang ternyata salah satu petugas jaga di kuil tersebut. Setelah saya menjawab bahwa saya berasal dari Indonesia. Langsung saja petugas tersebut menunjuk ke seorang pria keturunan India yang sepertinya pengurus kuil yang bertugas memberikan informasi dan juga penjaga tiket masuk kuil.

13898669391402170042

13898669802095474285

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memasuki kuil

1389867039349662749

Sesajian yang telah dipersiapkan bagi umat Hindu untuk melakukan ritualnya

Begitu saya mendekatinya, pria keturunan India tersebut langsung menerangkan bahwa untuk memasuki kuil bagi turis asing dikenai biaya 5 FJD/orang. Boleh ambil foto tetapi hanya di luar bangunan kuil. Harap melepaskan alas kaki baik sepatu atau sandal. Tidak diperkenankan menggunakan celana pendek di lingkungan kuil, kecuali mengenakan kain seperti sarung menutup celana pendek. Untuk wanita yang berpakaian terbuka diwajibkan menutup dengan kain khas India penutup atasan tubuh. Selama di dalam lingkungan kuil, turis asing disediakan seorang tour guide dari pengurus kuil juga sehingga dapat memberikan informasi tentang kuil, tata cara, sejarah dan lain-lain.

Karena tujuan awal saya hanya ambil gambar kuil maka saya tidak menggunakan tour guide. Berbeda dengan Kompasianer Mays yang sesekali mencari dan mendekati seorang yang dianggap sebagai tour guide untuk menjelaskan seluk beluk kuil tersebut.

1389867133515544542

13898671741551999788

1389867223388803377

13898672991562005636

Pengurus kuil sedang mempersiapkan sesajian untuk perayaan keagamaan malamnya

13898674072035212250

Mengelilingi kuil sebanyak kurang dari 8 kali searah jarum jam

13898674781623532280

Dua orang turis asing yang mengunjungi kuil tapi salah arah mengelilingi kuil hehehe

13898675601098837002

Nicole, turis asal Amerika Serikat khusu

Tanpa banyak basa basi, langsung saja saya bergerak mengelilingi kuil sambil sesekali memperhatikan beberapa umat Hindu Fiji yang sedang melakukan ritual di kuil. Oh ya, karena cuaca panas sekali dan berjalan di kuil tanpa alas kaki, cukup merepotkan juga saya berjalan. Anehnya, walaupun panas dan kaki terasa melepuh, migrain yang saya alami dari pagi hari langsung hilang dan terasa sekali badan ringan dan segar. Apakah ini termasuk terapi saraf kaki? Saya kurang tahu tetapi yang dirasakan kepala jadi ringan. Terbalaskan dech penderitaan hunting saat terik matahari dan silahkan menyimak.

Mengenal Kain “Batik” Fiji: Tapa Atau Masi

Bagi orang Indonesia, Batik adalah identitas bangsa dan ini menjadi kebanggaan kita dihadapan masyarakat dunia. Apalagi Batik sudah diakui oleh dunia lewat Unesco sebagai warisan budaya dunia khas Indonesia. Bagaimana dengan Fiji ?

Di Fiji ada sejenis kain tradisional yang mirip dengan batik. Mereka menyebutnya Tapa (Tapa Cloth). Sebenarnya Tapa bukan hanya milik Fiji semata. Tapa sudah menjadi kain tradisional khas negara-negara Pasifik Selatan. Yang membedakan adalah coraknya saja. Kata Tapa berasal dari Tonga dan Cook Islands dan diperkenalkan pertama kali ke seluruh dunia oleh Captain Cook. Pada umumnya masyarakat Fiji menyebut Tapa dengan nama Masi. Hanya orang Rotuma yang masih bagian dari Fiji menyebutnya ‘uha. Di Tonga sendiri Tapa disebut Ngatu, Samoa menyebutnya Siapo, Niue dengan nama Hiapo dan orang Hawaii mengenalnya sebagai Kapa.

Tapa adalah kain tradisional yang terbuat dari kulit tanaman Mulberry (Broussonetia Papyrifera : Moraceae). Tanaman Mulberry ini sebenarnya bukanlah tanaman asli daerah Pasifik tetapi berasal dari Asia Timur yang banyak tumbuh subur di China, Korea, Jepang dan Taiwan.

Pada awalnya Tapa atau Masi dibuat untuk keperluan ritual keagamaan semata. Tetapi pada perkembangannya selain untuk keperluan ritual, Tapa dipakai untuk pakaian sehari-hari dan acara seremonial sosial budaya seperti acara penyambutan tamu yang datang terutama wilayah suku-suku yang ada di Fiji.

1386491680233914427

dok. cechgentong

13864917231940068670

dok. cechgentong

1386491763417375847

dok. cechgentong

1386491872398141915

dok. cechgentong

13864919051620785916

dok. cechgentong

1386491944719880862

dok. cechgentong

13864908261310095425

Salah satu motif kain Tapa (www.academia.edu)

Perlu diketahui ada 15 jenis motif Tapa yang dikenal di Fiji dan ini mulai tergali pada saat Pemerintah Fiji ingin mengganti nama dan logo maskapai penerbangannya dari Air Pacific menjadi Fiji Airways. 15 jenis motif Tapa tersebut adalah Kaova, Boi Yawa, Droe, Kaso, Kali, Teguvi, Qalitoka, Al Voto, Makare, Qalivanua, Rova, Su ni lolo, Yavuyavu, Uga dan Tama. Dan uniknya motif-motif tersebut bukan hanya dilukis pada kain Tapa saja tetapi dilukis pada tubuh alias tato.

Logo Fiji Airways (www.underconsideration.com)

13864903601502362657

Fiji Masi Tatoo (www.matavuvale.com)

Dalam perkembangannya motif Tapa diaplikasikan pada industri furnitur seperti meja, kursi, dinding atap dan lain-lain. Selain itu masuknya kain tradisional dari luar Fiji seperti batik mempengaruhi dan memperkaya pula motif tradisional Tapa terutama untuk dunia fashion seperti yang dipakai penulis di bawah ini.

13864915731791793663

dok. cechgentong

1386492053371075319

Penulis dengan pakaian motif Masi (pakaian Bula) dan Sulu (dok. cechgentong)

Sebagaimana bangsa Indonesia yang bangga mengenakan batik maka bangsa Fiji pun demikian bangga mengenakan pakaian motif Masi (pakaian Bula) dan Sulunya. Apabila ada orang asing yang memakainya maka orang Fiji sangat menghormatinya dan memudahkannya untuk makin mengenal budaya Fiji yang sebenarnya. Bula Vinaka Vakalevu

Pahlawan Nasional: Sarwo Edhie Wibowo Atau ABK/TKI ?

1384589322798705695

Saat berbahagia ketika kami berhasil memulangkan ABK asal Indonesia yang diperlakukan semena-mena dan ditelantarkan oleh Kapten/Pemilik Kapal asal Australia (dok.cech)

Ramainya wacana Pahlawan Nasional untuk Bapak Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD 1964-1967) langsung pikiran saya terbayang dengan analogi sebagai berikut:


Beberapa kali saya membantu pemulangan jenazah Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia yang meninggal baik di Fiji maupun perairan internasional seputaran Pasifik Selatan.

Susahkah? Lamakah prosesnya ? Kalau ditanya susah ya susah banget karena prosedur yang dilalui banyak sekali. Mulai dari melakukan Otopsi Mayat (Post Mortem), pembuatan Sertifikat Kematian dari Rumah Sakit CWM Fiji, Interogasi Pihak Kepolisian Fiji kepada teman ABK satu kapal, sampai Prosedur Standar Peti Mati (sterilisasi, fumigasi sampai urusan biosecurity negara2 yang dilewati jenazah). Kalau diperhatikan cukup ribet dan membutuhkan waktu yang lama. Ini belum termasuk tarik ulur antara permintaan keluarga ABK yang menginginkan mayatnya dipulangkan ke tanah air dengan pihak agen tenaga kerja dan kapal, pemilik kapal dan asuransi yang menginginkan dikubur di Fii saja karena faktor biaya pengirimannya sangat mahal dari Fiji ke Indonesia. Belum lagi harus mendapatkan ijin dari Protokol Bandara yang dilalui oleh jenazah.

Yang terjadi adalah orangnya meninggal sekarang, maka jenazahnya baru dapat dimakamkan 2 bulan kemudian dan paling cepat 3 minggu lamanya. Tetapi perlu diingat baik dipulangkan maupun tidak, kerja keras pihak Kementerian Luar Negeri RI melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dalam penanganan ABK yang meninggal dunia harus diapresiasi karena mereka bekerja 24 jam dalam penanganan kasus ABK ini.

Terus kaitannya dengan Pahlawan Nasional ? Pernah khan kita mendengar, melihat dan membaca berita tentang mantan pejabat RI baik baru diduga atau divonis korupsi dan meninggal di luar negeri. Pengurusan jenazahnya tidak serumit ABK Indonesia di luar negeri. Hari ini meninggal maka hari ini pula dapat dipulangkan ke Indonesia dan negara lewat pemerintah RI mengurus dan menjemputnya di Bandara dengan upacara pula. Menariknya pejabat yang meninggal dimakamkan di Taman Makam Pahlawan kemudian diangkat sebagai Pahlawan Nasional hehehe

13845900671330367725

ABK Indonesia asal Indramayu yang sedang menunggu proses pemulangan karena masalah gaji yang belum dibayar oleh Agen ABK di Indonesia (dok. cech)

1384590182784723816

Beberapa ABK Indonesia yang berhasil dipulangkan ke Indonesia oleh KBRI Suva (dok. cech)

1384590361568101983

Kenangan yang takkan terlupakan pertemuan antara Almarhum Asep Sudirman (ABK asal Bandung) dengan Kakak Iparnya Alit Supriyatna (dok. cech)

Apa bedanya mantan pejabat dengan ABK atau TKI ? Jelas beda, ABK/TKI itu adalah pahlawan devisa karena mereka telah bekerja keras di negeri orang dan penghasilan mereka diberikan kepada keluarganya walaupun penghasilan mereka minim sekali bahkan dimainkan/dikorup/ditipu oleh agen mereka di Indonesia yang jelas-jelas sebangsa dan setanah air. Mereka bekerja bisa sampai 22 jam demi mengejar impian meraup US Dollar sebanyak-banyaknya. Sudah bekerja dalam jam kerja yang tidak manusiawi, masih sering dipukul pula oleh kapten dan asisten kapten kalau mereka dianggap kerjanya salah. Belum lagi ribut dengan ABK negara lain seperti Vietnam, Kamboja, Filipina dan Fiji.

Apakah pernah ada wacana mengangkat ABK/TKI untuk dijadikan Pahlawan Nasional karena kontribusi mereka bagi bangsa dan negara. Setidaknya mengangkat harkat dan martabat ABK/TKI. Pekerjaan yang dilakukan ABK/TKI adalah pekerjaan yang mulia. Mereka berjuang dan kerja keras di negeri orang demi diri, keluarga dan orang di sekitarnya. Dan mereka berjuang sendiri tanpa harus berdemo minta kenaikan UMP atau dikoordinasi oleh Serikat Pekerja.

Satu hal bahwa jelas mereka bukanlah keluarga dekat Presiden RI tetapi keluarga dekat BANGSA INDONESIA

” Salako Moce Vinaka Vakalevu, Bosso “

Melongok Sejenak Thurston Garden Di Suva, Fiji

Hampir tiga tahun saya tinggal di Fiji, baru kemarin Sabtu 2 November 2013 punya keinginan untuk melongok Kebun Raya Thurston (Thurston Garden). Beberapa kali saya melintas Thurston Garden ini tetapi perhatian saya belum tertarik untuk mengunjunginya walaupun letaknya cukup strategis yaitu di tengah kota Suva antara Albert Park (Alun-alun Kota Suva) dengan Government House (Gedung Pemerintah Fiji). Lebih tepatnya berada persis di ujung Cakabau Road (baca: jalan da-ka-bau).

13835634181394430112

Alun-alun dan Gedung Pemerintah Fiji dekat Thurston Garden (dok. cech)

Rencana awal saya berkunjung ke Thurston Garden adalah sekadar ingin mengetahui seperti apa Kebun Raya milik masyarakat Suva ini dan sekaligus siapa tahu ada obyek menarik yang dapat diambil fotonya. Dari rumah di daerah Caubati (baca: da-um-ba-ti) saya menggunakan bis jurusan kota Suva dengan ongkos 1,15 FJD (sekitar Rp. 6000 an). Dalam waktu 20 menit, bis tiba di terminal Suva. Pada saat itu suasana terminal Suva khususnya dan kota Suva lain dari yang lain penuh sesak. Saya maklumi keadaan ini karena saat itu masyarakat Fiji keturunan India akan merayakan Hari Raya Diwali selama 3 hari sehingga banyak orang yang belanja untuk kebutuhan hari raya tersebut. Selain itu dalam waktu bersamaan berlabuh kapal Cruise yang membawa wisatawan manca negara di Suva Harbour (King Wharf) jadi penuh sesaklah orang-orang di kota Suva dan hal ini menimbulkan kemacetan dimana-mana.

Akhirnya saya memutuskan untuk berjalan kaki dari terminal Suva menunju Thurston Garden. Lumayan juga jaraknya dan tanpa terasa keringat mengucur di seluruh badan saya karena saat itu suhu di kota Suva mencapai 31 derajat Celcius, Lama waktu yang dibutuhkan berkisar 30 menit untuk menuju kebun raya kebanggaan kota Suva tersebut. Sesampainya di depan pintu gerbang Thurston Garden langsung saya mengambil foto melalui kamera kesayangan.

1383563563128337849

Thurston Garden persis di ujung Ratu Cakabau Road (dok. cech)

1383563640287714970

Prasasti tentang Sir John Bates Thurston (dok. cech)

1383563692584344348

Prasasti lainnya tentang Thurston Garden (dok. cech)

Dari pintu gerbang Thurston Garden, barulah saya menyadari ada sejarah menarik dari Kebun Raya ini, Terlihat batu nisan yang tertempel ditembok dekat pintu gerbang. Mau tahu sejarahnya ? Dulu Thurston Garden ini bernama Suva Botanical Garden, tetapi sejak tahun 1976 namanya berubah menjadi Thurston Garden. Hal ini dilakukan untuk mengenang jasa Sir John Bates Thurston, Gubernur Fiji ke-5 yang memerintah dari bulan Februari 1888 sampai Maret 1897 dalam pembangunan dan pengembangan kebun raya ini.

Pada tahun 1879 Sir John Bates Thurston mengundang John Horne (ahli botani) yang juga Direktur Kebun Botani dan Kehutanan di Mauritius untuk datang dan memberikan rekomendasi tentang lokasi yang cocok bagi pembangunan kebun raya di Fiji. Setelah melakukan observasi, John Horne (Botanist) mengatakan lokasi Thurston Garden saat inilah sangat cocok untuk dijadikan Kebun Raya dan Stasiun Penelitian Botani. Sir John Bates Thurston langsung menyetujuinya dan pada tahun 1905 mulailah dilakukan penanaman pohon-pohon eksotis khas Pasifik di kebun raya ini.

13835637661502658935

Jalan setapak di Thurston Garden (dok. cech)

13835638211980578366

Pohon berusia tua di Thurston Garden (dok. cech)

1383563867330842970

Tempat bermain anak-anak (dok. cech)

1383563912585267676

Tempat duduk untuk belajar dan senda gurau (dok. cech)

1383563964989263177

dok. cech

1383565994908508788

dok. cech

Ternyata benar keputusan Sir John Bates Thurston, begitu saya melangkah masuk ke dalam suasana nyaman, sejuk, segar dan alami sangat terasa. Pohon-pohon besar berusia tua menolong saya dari panasnya terik matahari sepanjang hari di kota Suva. Walaupun luasnya tidak sebesar Kebun Raya Bogor, Thurston Garden ini cukuplah sebagai gambaran kebun raya yang ditata rapi oleh pemerintah kolonial Inggris saat itu. Jalan setapak dibuat sedemikian rupa sehingga kita mudah berjalan memasuki kebun raya sampai ke Musium Fiji. Selain itu disediakan pula tempat duduk di sepanjang jalan dan di bawah pohon besar. Ada beberapa anak muda yang memanfaatkan tempat duduk untuk senda gurau, belajar dan pacaran hehehe. Selain itu ada tempat bermain anak-anak sehingga menjadi tempat favorit bagi keluarga yang membawa anak-anaknya pada akhir pekan ini.

1383567989406379554

Tempat air bersih yang dibangun oleh Henry Marks pada Januari 1914 (dok. cech)

1383564669719848786

Gazebo dan Clock Tower (dok. cech)

13835644891868412473

Clock Tower (dok. cech)

Prasasti Clock Tower (dok. cech)

Prasasti Clock Tower (dok. cech)

Ada hal menarik lainnya ketika memasuki Thurston Garden yaitu ada tempat air bersih yang selain untuk bersihkan tangan, muka dan kaki maka dapat pula dikonsumsi oleh para pengunjung. Saya mencobanya langsung sebagai pelepas dahaga karena panasnya kota Suva saat itu. Terasa segar sekali dan aman dikonsumsi tanpa harus kuatir sakit perut. Tempat air bersih bergaya kolonial Inggris tersebut dibangun oleh Henry Marks pada Januari 1914.

Selain itu, saya menenmukan bangunan kuno (gazebo) bergaya Inggris lengkap dengan menara jam (Clock Tower). Ini menambah keunikan Thurston Garden. Pada Clock Tower terpampang prasasti yang menyatakan bahwa Clock Tower dibangun oleh Henry Marks and Company Limited untuk mengenang jasa G.J. Marks, Direktur terakhir perusahaan tersebut sekaligus Walikota Pertama Kota Suva yang tewas tenggelam di Sungai St. Lawrence, Kanada pada tanggal 23 Mei 1914.

Ada beberapa catatan yang harus dibenahi oleh Thurston Garden sehingga menjadi tempat favorit bagi pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Antara lain adalah kurangnya perawatan fasilitas umum seperti tempat duduk terutama yang terbuat dari kayu yang mulai keropos, belum adanya penunjuk arah yang jelas terutama yang menuju Museum Fiji, belum adanya keterangan tentang nama-nama pohon yang tumbuh di Thurston Garden demi kepentingan ilmu pengetahuan dan penelitian tanaman khas Pasifik, dan jauhnya WC umum yang letaknya berada di dalam gedung Museum Fiji sehingga cukup merepotkan pengunjung.

Berdasarkan informasi yang didapat, kondisi Thurston Garden saat ini lebih baik daripada sebelumnya karena pada tahun 1998 Dewan Kota Suva melalui Departemen Perawatan Kebun Raya telah memindahkan kantor pusatnya dari Thurston Garden di Suva ke Samabula. Selain itu Dewan Kota Suva juga menghentikan pemberian hibah tahunan demi perawatan kebun raya ini dan menyerahkan kewenangannya kepada Museum Fiji. Tetapi pada tahun 2004 Dewan Kota Suva diberikan kewenangan kembali untuk mengurus Thurston Garden sehingga sedikit demi sedikit ada perbaikan dan perawatan seperti memotong rumput, menghancurkan gulma yang menghambat pertumbuhan bunga, membersihkan sampah yang dibuang sembarangan oleh pengunjung dan mengecat kembali gazebo dan clock tower sehingga terlihat lebih bersih dan apik.

Museum Fiji (dok. cech)

Museum Fiji (dok. cech)

Buah tanaman apa ya ?

Buah tanaman apa ya ?

Buah ini banyak sekali dan terbuang percuma (dok. cech)

Buah ini banyak sekali dan terbuang percuma (dok. cech)

Thurston Garden dalam pandangan saya dapat dijadikan museum alam yang menarik dan berkaitan erat dengan sejarah dan budaya bangsa Fiji yang ada di dalam Museum Fiji dimana letaknya masih di areal Thurston Garden. Moce.