Fiji Berkebun Ala Indonesia

” Kawan, suatu hari saya akan ajak kau bertemu dengan sekumpulan manusia kreatif asal Indonesia di Nadi ” janji saya kepada Kawan Syam.

Akhirnya saya dapat menepati janji. Pada liburan panjang Maulid Nabi Muhammad SAW, saya mengajak jalan-jalan Kawan Syam ke Camp Orang Indonesia yang bekerja sebagai buruh bangunan di kota Nadi, Fiji.

Memang hanya tiga orang Indonesia yang tinggal di Camp tersebut. Tetapi pada hari libur seringkali camp tersebut menjadi tempat persinggahan orang-orang Indonesia yang berada di kota-kota yang berdekatan dengan Nadi seperti Navua, Lautoka, Ba dan Vatukuola. Biasanya mereka berkumpul selain silaturahim juga memancing bersama di sungai yang letaknya tidak begitu jauh dari camp. Kami yang datang ke camp tersebut selalu merasa betah dan menginap satu malam bahkan lebih. Selain letak camp yang strategis yaitu back road (jalan negara yang sering dilalui bis-bis baik umum dan pariwisata), juga banyak hal yang kita dapat dari camp tersebut. Apakah gerangan  yang membuat camp tersebut mempunyai daya tarik ? Jawabannya adalah kreatifitas dan keuletan.

Hasil memancing

Hasil memancing

Alladata Road, Nadi adalah lokasi camp berada

Alladata Road, Nadi adalah lokasi camp berada

Begitu kami tiba di camp, kawan Syam bukannya duduk dulu malah langsung melihat kebun yang berada di camp tersebut. Wow !!! Luar biasa. ” Cech, mereka sudah melakukan FAITH (Food Always In The Home). Ini benar-benar Fiji Berkebun ala Indonesia. ” ujar Kawan Syam.

Ya, benar sekali. Fiji Berkebun Ala Indonesia. Tiga orang Indonesia tersebut telah menjalankan FAITH di Fiji dengan sedikit sentuhan Indonesia yaitu beberapa tanaman khas Indonesia yang tidak dimiliki oleh Fiji.  Terlihat tanaman Leunca, tanaman yang biasa dikonsumsi sebagai lalapan dalam panganan khas Sunda. Ya jelas Leunca ada karena dulu jumlah orang Indonesia di camp ada 15 orang (sebagian besar berasal dari Subang, Jawa Barat). Tanaman Leunca tersebut mereka bawa atau diselundupkan dari Indonesia ke Fiji.

Selain itu ada tanaman kemangi Kemangi tidak dikenal dan sukar ditemukan di Fiji. Kemangi ini juga diselundupkan dari Indonesia. Mereka banyak menggunakan kemangi untuk bagian dari lalapan pula.  Selanjutnya ada kapri yang juga dari Indonesia.

Kebun yang berada di depan camp

Kebun yang berada di depan camp

Tanaman hias dan bonsai

Tanaman hias dan bonsai

Kawan Syam diam sejenak sambil mengamati beberapa tanaman pangan yang ada di camp tersebut. Ada paprika, cabe rawit, cabe merah besar, tomat, terong, pepaya, singkong, talas, nanas, lengkuas, jahe, kunyit, mangga, pisang, lamtoro gung, kacang panjang, dan beberapa tanaman hias. Ada satu tanaman menarik adalah tanaman buah naga yang baru saja ditanam. Yang membuat kami kagum lagi adalah tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak dimanfaatkan sampai tanaman lidah buayapun ditanam di polybag karena sudah penuhnya lahan yang di tanam. Bayangkan mereka adalah buruh bangunan yang bekerja mulai dari jam 8 pagi sampai dengan 5 sore (Senin-Sabtu) tetapi mereka masih menyempatkan waktu untuk berkebun.

Apa alasan mereka berkebun? Jawabannya singkat dan lugas. “Masak untuk cabe rawit 10 buah saja harus beli ke pasar atau supermarket ? Sudah jauh terus mahal pula. Lagi pula pendapatan kami di sini  hanya cukup untuk keuarga di Indonesia. ” Langsung saya dan kawan Syam berteriak ” Kalian memang benar-benar Manusia Indonesia yang kreatif “

2013-12-29 04.05.55

Leuca

Leuca

Terong ungu

Terong ungu

Cabe merah besar

Cabe merah besar

Paprika

Paprika

Kemangi

Kemangi

Buah Naga

Buah Naga

Tetapi nanti dulu, kreatifitas mereka bukan hanya berkebun tetapi mereka pandai membuat rokok sendiri dengan memanfaatkan tembakau khas Fiji (Zuki) maka dibuatlah rokok kretek khas Indonesia dengan campuran (saus) yang mendekati rasa rokok Indonesia seperti Djie Sam Soe.  Dan alat yang dipakai melintingpun sederhana yaitu bendera plastik yang direkatkan pada kayu bulat panjang.

Makin terkagum-kagumlah kawan Syam dan lebih terkesima lagi ketika melihat banyaknya ikan nila di lemari pendingin (Freezer). Dijelaskan bahwa ikan-ikan tersebut adalah hasil pancingan mereka setiap minggu di sungai besar yang ada dekat camp. Nah acara memancing inilah menjadi ajang perekat orang-orang Indonesia yang ada di wilayah barat Fiji (Western). Jadi komplitlah program FAITH karena sebagian besar yang mereka konsumsi berasal dari kebun camp dan sungai dekat camp.

Yang membanggakan adalah apa yang mereka lakukan dengan berkebun memberikan pengaruh yang baik baik lingkungan sekitar. Beberapa karyawan perusahaan mereka dan tetangga sekitar mulai ikut-ikutan berkebun. Luar biasa.

Kawan Syam sharing membuat kompos organik

Kawan Syam sharing membuat kompos organik

Diskusi santai

Diskusi santai

Hidangan makan malam hasil berkebun dan memancing

Hidangan makan malam hasil berkebun dan memancing

Setelah kawan Syam melihat, mengamati dan mengagumi aktifitas mereka, saatnya untuk diskusi santai. Pada saat diskusi santai tersebut mulailah kawan Syam menunjukkan kebolehannya dalam bertani atau berkebun. Pada awalnya mereka tidak kawan Syam adalah petani. Setelah sharing pengetahuan dan pengalaman kawan Syam selama bertani, barulah rasa kekaguman berbalik. Sebelumnya kawan Syam kagum dengan mereka maka giliran mereka kagum dengan pengetahuan dan pengalaman kawan Syam. Tanpa banyak teori kawan Syam langsung menunjukkan bagaimana membuat kompos organik dengan memanfaatkan sumber alam yang ada di camp dan sekaligus mengajarkan tentang bagaimana mengatasi gulma rumput teki yang sukar sekali dihilangkan.  Kloplah  sudah. Tanpa terasa diskusi santai dan praktek berlangsung hingga menjelang maghrib. Perut kami mulai keroncongan lapar dan saatnya untuk makan malam. Rupanya salah satu orang Indonesia sudah mempersiapkan makanan khas Sunda yaitu ikan goreng, daun pepaya dan daun singkong rebus, lalapan kemangi dan leunca serta sambal terasi cabe ijo pedas dengan nasi masih ngebul. Kamipun bersantap bersama dengan lahapnya. Sungguh indah dan menyenangkan. Tanpa disadari mereka telah menjalankan prinsip-prinsip Food Security dengan cara Fiji Berkebun Ala Indonesia.

Mampir Sejenak Ke Mesjid Jami Nadi, Fiji

Masih dalam rangka liburan Maulid Nabi Muhammad SAW, tidak afdol rasanya kalau tidak mengunjungi mesjid terbesar di kota Nadi, Fiji setelah mengunjungi Kuil Hindu Sri Siva Subramaniya Swami Devasthana. Saya pikir boleh juga mengetahui dan mengenal singkat Mesjid Jami Nadi karena berdasarkan informasi Mesjid Jami Nadi ini adalah mesjid terbesar di Fiji.

Setelah pagi hari bertemu dengan pimpinan Sangam SKM College untuk membicarakan rencana kedepan Program FAITH (Food Always In The Home) maka saya dan Kompasioner Mays sepakat jalan-jalan menyelusuri kota Nadi. Kota Nadi adalah kota wisata maka itu Bandara Internasional Fiji ada di kota Nadi. Banyak turis asing yang berseliweran di kota ini. Tetapi fokus kami tetap menuju Mesjid Jami Nadi. Dengan berjalan kaki kami menuju ke mesjid tersebut dan banyak hal menarik yang didapat selama perjalanan. Salah satunya adalah nama restoran dan desa yang unik namanya. Dan hal unik ini menarik perhatian kami untuk mengambil fotonya.

1390038838506370263

Emang Bollywood aja yang aktrisnya bohai, Fiji pun punya restoran bohai hehe (dok.cech)

1390038953821492394

Nama desa Namotomoto dengan penduduk yang suka difoto

1390039091382865335

Kawan Mays pun dibuat sibuk oleh penduduk Namotomoto untuk diambil gambarnya hehehe

Rupanya tidak jauh dari desa Namotomoto itulah Mesjid Jami Nadi berada. Sekilas dari dari jauh sudah terlihat wujud khas mesjid dengan ornamen kubah temboknya lengkap dengan tulisan nama Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW serta tertera Fiji Muslim League Nadi Jaame Masjid. Bercat warna putih dengan tulisan di tembok warna hijau maka makin mempertegas inilah tempat ibadah terbesar masyarakat Islam di kota Nadi. Selain itu dengan lahan yang sangat luas ternyata ini bukan hanya lokasi mesjid tetapi terintegrasi dengan sekolah (Nadi Muslim College dan Nadi Muslim Primary School), toko kaca mata, tempat kursus dan toko khas keperluan muslim. Lokasinya lebih tepat disebut Islamic Center

Begitu masuk pintu gerbang, saya terkejut karena mesjid ini lebih besar dari mesjid yang berada di Samabula (Kantor Pusat Fiji Muslim League) dan Toorak di ibukota Fiji, Suva. Wow makin menarik untuk lebih mengeksplor suasana mesjid terbesar di Fiji ini.

1390040683706689912

13900407431817024104

Tampak belakang yang terlihat jelas dari jalan utama kota Nadi

1390040865286465214

Tampak depan

1390040917326314721

Saya di depan mesjid Jami Nadi

1390041273302739065

Informasi tentang doa masuk dan keluar mesjid tepat di pintu masuk mesjid

13900413451035875047

Informasi tentang mematikan telepon genggam di dalam mesjid

Bangunan 2 lantai dimana lantai atas diperuntukkan bagi jemaah pria dan lantai dasar untuk wanita dalam menjalankan ibadah sholat. Setiap lantai tersedia tempat wudhu duduk yang luas dan nyaman. Karena di lantai dasar untuk kaum hawa maka kami hanya diperkenankan untuk melihat-lihat atau mengambil foto di lantai atas saja.

Sebenarnya suasana mesjid jami ini tidak berbeda jauh dengan mesjid-mesjid yang ada di Indonesia. Hanya saja mesjid jami ini lengkap dengan informasi seperti larangan mematikan telepon genggam dalam lingkungan mesjid, bacaan ketika masuk dan keluar mesjid, waktu sholat dan imam yang bertugas, beberapa kutipan hadis yang selalu berbeda tiap harinya dan daftar makanan-minuman halal yang direkomendasikan oleh Fiji Muslim League (sebagaimana diketahui mayoritas masyarakat Fiji adalah umat nasrani). Yang jelas adalah tidak ada perbedaan yang menyolok dengan mesjid-mesjid di Indonesia dan sesama muslim adalah bersaudara.

1390041180425448234

Tempat sholat yang mampu menampung jamaah muslim di Nadi

13900414271119987634

Hadist-hadist pengingat yang berbeda setiap harinya

13900414952099677976

Daftar makanan dan minuman halal yang direkomendasikan oleh Fiji Muslim League

1390041561723033582

Ruang utama sholat

1390041608214484520

Mimbar utama khotib saat sholat Jum’at

1390041706636571512

Pintu masuk di lantai dasar sebagai tempat ibadah untuk kaum hawa

139004178836349611

Seorang jamaah wanita sudah datang menjelang sholat zhuhur

Sri Siva Subramaniya Swami Devasthanam Temple Dalam Gambar

13898668421304561656

Kuil Hindu berada di jalan utama Suva-Lautoka

Tak terhitung jumlahnya saya melewati tempat peribadatan satu ini. Tempat peribadatan agama Hindu ini sangatlah terkenal dan menjadi salah satu objek wisata Fiji Tourism. Tetapi entah mengapa pada awalnya saya kurang tertarik untuk mengunjunginya. Kunjungan saya ke kuil Hindu ini terjadi secara tidak sengaja karena hanya ingin menemani teman Kompasianer Mays yang sudah kebelet sekali untuk datang demi tujuan eksplorasi gambar dan tulisan tentang kuil tersebut yang nantinya akan dikirimkan ke beberapa media wisata di dunia maya.

Dalam tulisan ini saya hanya ingin menunjukkan adanya sebuah kuil sederhana (menurut saya) yang dapat dijadikan tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan asing. Hari itu tanggal 13 Januari 2014 adalah hari libur nasional Fiji yaitu Prophet Mohammed’s Birthday. Bagi Kompasioner Mays, inilah saat yang tepat untuk mengunjungi kuil Hindu di kota Nadi. Namanya Sri Siva Subramaniya Swami Devasthanam Temple. Panjang sekali namanya. Jam menunjukkan pukul 15.30 sore, cuaca di sekitaran kuil Hindu tersebut panas sekali. Buru-buru saya berteduh di sebuah kantin yang letaknya tepat di depan pintu gerbang.

” Where do you come from ? “ Itulah pertanyaan sambutan dari seorang Fiji yang ternyata salah satu petugas jaga di kuil tersebut. Setelah saya menjawab bahwa saya berasal dari Indonesia. Langsung saja petugas tersebut menunjuk ke seorang pria keturunan India yang sepertinya pengurus kuil yang bertugas memberikan informasi dan juga penjaga tiket masuk kuil.

13898669391402170042

13898669802095474285

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memasuki kuil

1389867039349662749

Sesajian yang telah dipersiapkan bagi umat Hindu untuk melakukan ritualnya

Begitu saya mendekatinya, pria keturunan India tersebut langsung menerangkan bahwa untuk memasuki kuil bagi turis asing dikenai biaya 5 FJD/orang. Boleh ambil foto tetapi hanya di luar bangunan kuil. Harap melepaskan alas kaki baik sepatu atau sandal. Tidak diperkenankan menggunakan celana pendek di lingkungan kuil, kecuali mengenakan kain seperti sarung menutup celana pendek. Untuk wanita yang berpakaian terbuka diwajibkan menutup dengan kain khas India penutup atasan tubuh. Selama di dalam lingkungan kuil, turis asing disediakan seorang tour guide dari pengurus kuil juga sehingga dapat memberikan informasi tentang kuil, tata cara, sejarah dan lain-lain.

Karena tujuan awal saya hanya ambil gambar kuil maka saya tidak menggunakan tour guide. Berbeda dengan Kompasianer Mays yang sesekali mencari dan mendekati seorang yang dianggap sebagai tour guide untuk menjelaskan seluk beluk kuil tersebut.

1389867133515544542

13898671741551999788

1389867223388803377

13898672991562005636

Pengurus kuil sedang mempersiapkan sesajian untuk perayaan keagamaan malamnya

13898674072035212250

Mengelilingi kuil sebanyak kurang dari 8 kali searah jarum jam

13898674781623532280

Dua orang turis asing yang mengunjungi kuil tapi salah arah mengelilingi kuil hehehe

13898675601098837002

Nicole, turis asal Amerika Serikat khusu

Tanpa banyak basa basi, langsung saja saya bergerak mengelilingi kuil sambil sesekali memperhatikan beberapa umat Hindu Fiji yang sedang melakukan ritual di kuil. Oh ya, karena cuaca panas sekali dan berjalan di kuil tanpa alas kaki, cukup merepotkan juga saya berjalan. Anehnya, walaupun panas dan kaki terasa melepuh, migrain yang saya alami dari pagi hari langsung hilang dan terasa sekali badan ringan dan segar. Apakah ini termasuk terapi saraf kaki? Saya kurang tahu tetapi yang dirasakan kepala jadi ringan. Terbalaskan dech penderitaan hunting saat terik matahari dan silahkan menyimak.